Skip to main content

Nightmare



Cerpen ini aku ikutkan lomba menulis cerpen 2020 ke lombanuliscom. Tapi sepertinya aku ditipu karena semua akun penyelenggara lombanya hilang kontak. Dari mulai akun IG, FB, GOOGLE, bahkan akun WA nya pun dia tutup, huhu...

Untuk kalian para pembaca maupun penulis yang suka ikut lomba-lomba di luaran sana. Harus pinter-pinter pilih penyelenggara lombanya loh ya, jangan sampai kena tipu.

Poster lomba yang meyakinkan, ataupun akun sosmed yang meyakinkan juga nggak menjamin kalau lomba itu beneran asli. Karena aku pun awalnya yakin pada lomba ini karena dari poster edaran pun meyakinkan, akun sosmed banyak followersnya. Tapi ternyata semuanya nggak menjamin.

Mereka hanya oknum picik yang mencari uang lewat hasil karya kita. Walaupun mungkin mereka tidak meminta uang secara langsung kepada kita, tapi karena karya kita yang dikirim kepada mereka tanpa hak cipta, mereka bisa saja seenaknya membukukan karya kita tanpa sepengetahuan kita, dan royalty tentunya 100 % untuk mereka.

Sekedar mengingatkan, harap berhati hati ya semuanya. Jangan sampai menyesal seperti saya karena sudah berhasil ditipu.

Oke, selamat membaca❤️




🍁🍁🍁

"Kamu harus mati! Kamu yang seharusnya mati bukan aku! Kamu harus mati! Akan kubunuh kamu! Kamu harus mati!"

Dia terbatuk-batuk. Keringat bercucuran dari pelipis ke pipinya. Napasnya tak beraturan seolah dia habis dikejar sesuatu. Dia memegangi lehernya yang terasa sakit.

Apa yang sebenarnya terjadi? Kenapa setiap hari dia harus mengalami mimpi buruk seperti itu?

🍁🍁🍁


Namanya Elsa. Dia anak tunggal dari keluarga Atmidja, pemilik perusahaan IT terbesar di Jakarta. Dia disekolahkan di sekolah elit oleh orang tuanya.

Hidupnya selalu berkecukupan. Jika dia merasa lapar, dia cukup memanggil pelayan untuk membawakan makanannya ke kamar. Dia punya mobil dan supir pribadi jika ia ingin bepergian ke mana pun. Bahkan jika dia ingin liburan, cukup asistennya yang akan mengurusnya.

Semua kebutuhannya memang selalu terpenuhi. Dia tak kekurangan uang sepeserpun.

Tapi, hanya ada satu kekurangan yang dimiliki gadis itu.

Mimpi buruk.

Dia selalu mengalami mimpi buruk. Mimpi yang terus dia alami lebih dari setahun yang lalu. Dan mimpi buruknya itu selalu sama setiap harinya.

Mimpi dirinya yang lain mencekik dirinya sendiri.

🍁🍁🍁


"Gimana, Elsa? Masih mengalami mimpi buruk itu?" Tanya seorang wanita berjas putih yang duduk di depan Elsa sambil membersihkan kacamatanya.

Elsa mengangguk, "Masih, Dok."

"Tapi kamu tiap hari tidur, kan? Nggak sengaja begadang kayak waktu itu?"

Elsa kembali mengangguk. "Iya, Dok."

Dokter Karina menghela napas lega. "Syukurlah."

"Tapi, Dokter." Elsa diam sebentar. Menarik napas lalu mulai bicara, "tadi pagi saya merasakan sakit di leher setelah bermimpi, saya merasa sakit seolah benar-benar habis tercekik."

Dokter itu sukses menegang, lalu mendekatkan diri dan menjulurkan tangannya untuk menyingkirkan rambut panjang Elsa. Dan dia tambah terkejut begitu melihat luka lebam membiru di leher pasiennya itu.

"Astaga!" Dia menutup mulutnya tak percaya. "ini sampai biru begini?"

Elsa mengangguk pelan. "Apa itu artinya, mimpi saya semakin parah, Dok?"

Dokter Karina langsung merubah posisi menjauh dari Elsa lagi. "Saya juga masih belum tahu. Seperti dugaan awal saya, mungkin kamu memang mengalami gangguan kecemasan. Dilihat dari gejala yang kamu alami seperti serangan panik dan gangguan obsesif-kompulsif. Tapi saya belum pernah melihat orang yang mengalami gangguan kecemasan sampai melukai dirinya sendiri."

Elsa mengeryit bingung. "Maksud dokter, luka ini akibat ulah saya sendiri? Saya kah yang melukai diri sendiri?" Tanyanya seraya menunjuk luka di lehernya itu.

Dokter Karina menggeleng, "Saya belum tahu pasti, Elsa. Apa kamu juga mengalami gangguan stress pascatrauma?"

Elsa menggeleng ragu. "Saya merasa, saya tidak pernah memiliki trauma apapun. Tapi dilain sisi, saya kadang merasa saya takut akan sesuatu, Dok." Elsa menjentikkan jari. "Ah, iya Dok. Saya baru ingat. Ketika saya berumur 8 tahun, orang tua saya bilang saya mengalami hilang ingatan."

"Hilang ingatan? Kenapa bisa hilang ingatan? Kamu mengalami kecelakaan berat?"

Elsa menggeleng, "Saya nggak tau, Dok. Orang tua saya gak bilang sama sekali kenapa saya bisa hilang ingatan."

Dokter Karina menghembuskan napas. "Mungkin sudah saatnya orang tuamu tahu masalah psikis kamu ini, Elsa. Saya yakin itu dapat membantu perkembangan psikis kamu jika kamu mau mengobrolkannya dengan orang tuamu. Mungkin dengan kondisi yang sekarang, melakukan kembali terapi perilaku kognitif pun nggak akan membantu sama sekali."

Elsa memejamkan mata, lalu menghembuskan napas secara perlahan.

🍁🍁🍁


"Elsa dulu punya saudara kembar, dan saudara kembarnya sudah meninggal ketika masih berusia 8 Tahun," tutur Divas, Ibu Elsa.

Dokter Karina otomatis langsung terkejut mendengar penututan dari Divas.

Divas terisak. "Salsa meninggal secara tragis, ketika Elsa tengah memegang pisau dan tak sengaja pisau itu mengenai perut Salsa."

Atmidja, Ayah dari Elsa langsung mendekati istrinya, dan mengelus pundaknya pelan berusaha menenangkannya.

"Mungkin karena trauma beratnya, ingatan Elsa sedikit menghilang setelah beberapa minggu kemudian. Saya dan suami berusaha menutupi kejadian itu karena khawatir akan kondisi Elsa yang setiap hari terlihat memburuk. Saya takut saya akan kehilangan putri kami lagi. Ketika Elsa hilang ingatan, kami dan dokternya berusaha memberi sugesti positif padanya agar dia melupakan kejadian itu. Dan semuanya berhasil, Elsa sama sekali tak ingat kejadian itu. Tapi saya sama sekali nggak menyangka jika sekarang trauma yang dimiliki Elsa itu kembali ada."

Dokter Karina menghela napas, bingung harus menanggapinya bagaimana. Bingung harus melakukan apa pada gadis yang sudah setahun lebih menjadi pasiennya.

"Apa yang harus kami lakukan pada Elsa, Dokter?" Tanya Atmidja.

"Lebih baik kita lihat perkembangan Elsa. Di mana Elsa sekarang?"

"Elsa ada di kamarnya, Dok. Dia bilang dia mau istirahat sebentar."

Dokter itu sukses menegang. "Apa dia tidur?"

Atmidja mengangguk.

Mendengar itu, Dokter Karina langsung panik. "Kita harus lihat Elsa. Saya takut terjadi apa-apa padanya. Karena dia sudah mulai mengalami gejala seperti melukai tubuhnya sendiri."

Semuanya sukses terkejut, lalu semuanya bergegas lari ke arah kamar Elsa.

Dan apa yang dilihatnya pertama kali benar-benar membuat semuanya menjerit. Elsa tengah mencekik dirinya sendiri. Matanya terpejam, namun rintihan yang ia keluarkan seolah menandakan jika ia merasa sangat kesakitan sekarang.

"Elsa!" Divas menjerit.

Divas dan Atmidja langsung berlari untuk menyingkirkan tangan Elsa namun nihil, cengkramannya begitu kuat membuat Elsa begitu kesulitan bernapas.

Dokter itu berlari lalu menepuk seluruh bagian tubuh Elsa dengan keras, berusaha membangunkan gadis itu.

"Elsa, Sadarlah! Kendalikan dirimu!"

Divas dan Atmidja semakin menangis melihat putrinya seperti itu.

Dan perlahan, tangan Elsa mulai melepaskan cekikannya, membuat Dokter Karina sedikit bernapas lega.

Namun sungguh diluar dugaannya, Elsa melepaskan cekikannya karena ia sudah tak sadarkan diri.

Tangis orang tuanya langsung pecah begitu melihat putrinya yang sudah tak berdaya.

🍁🍁🍁


Terimakasih sudah membaca cerita iniπŸ’™


XOXO


FIHA IM



Comments

Popular posts from this blog

Renata Keyla

RENATA KEYLA [SS Series I] "Lo gak percaya sama gue?" "Kenapa gue harus percaya sama lo kalo lo cuma bisa omong kosong kaya gini! Gue benci sama lo, Vin!" "Lo benci gue?" "Iya, kenapa? Marah?!" "Lo bakalan nyesel udah ngomong kaya gitu ke gue, Natt." "Haruskah gue nyesel? Setelah lihat kelakuan asli lo yang kaya gini? Yang bisanya cuma nge-judge orang dari covernya doang?!" "Natt! Gue bakal buktiin omongan gue. Dan pada saat semua omongan gue terbukti bener, jangan cari gue karna rasa bersalah lo itu. Karna setelah ini, gue udah gak ada di sisi lo lagi." ====== Nama gue Renata Keyla, lebih suka dipanggil Natt. Tapi, teman-teman gue lebih sering manggil gue Donat. Kenapa? Karena gue suka makan makanan itu. Ini tentang kisah gue, kisah perjalanan hidup gue. Tentang bagaimana cara gue dapat menemukan dia, seseorang yang berhasil membuat gue melabuhkan ha

Jangan Remehkan Impianku

Cerita ini ditujukan untuk orang yang bermimpi jadi seorang penulis, namun tak cukup percaya diri karena mendengar ucapan orang lain tentang menjadi penulis Selamat membaca❤ ️ 🍁🍁🍁 Hujan kembali mengguyur bumi. Kedatangannya membuat segelintir orang yang tengah berlalu lalang langsung berlarian untuk meneduhkan diri. Termasuk diriku. Aku yang tengah berjalan santai langsung berlari karena kedatangan hujan yang terlalu tiba-tiba. Beruntung aku berada tak jauh dari area kelas, sehingga aku kini dapat langsung berteduh di sana. Kuusap buku yang sedari tadi berada di genggaman. Ah sial, buku novelku jadi basah. Aku paling tak suka jika buku-buku milikku basah, karena itu tandanya aku tak bisa merawat buku. Akhirnya kuputuskan untuk berjalan memasuki kelas. “Eh, lihat deh. Si kutu buku kehujanan tuh!” “Mampus! Bukunya jadi basah, kan?” “Lagian, kemana-mana selalu bawa buku.” “Ya